“Seize the Day” – Sebuah Surat Terbuka untuk Waktu yang Terlambat Kita Hargai
“Seize the Day” – Sebuah Surat Terbuka untuk Waktu yang Terlambat Kita Hargai
Ada lagu yang tidak hanya terdengar oleh telinga, tapi juga terasa oleh hati. Salah satunya adalah “Seize the Day” dari Avenged Sevenfold. Lagu ini bukan sekadar musik — ia adalah suara dari hati yang pernah kehilangan, dari jiwa yang menyesal, dan dari seseorang yang ingin kembali ke waktu yang takkan pernah kembali.
Bayangkan kamu duduk sendiri, menatap langit senja, lalu tersadar: seseorang yang dulu kamu sayangi sudah tak ada. Bukan karena kamu tak mencintai mereka, tapi karena kamu terlalu percaya bahwa esok masih ada waktu untuk memeluk, meminta maaf, atau sekadar berkata, “Aku peduli.”
“Seize the day or die regretting the time you lost…”
Kalimat itu sederhana, tapi bagi yang pernah kehilangan, itu seperti luka lama yang dibuka kembali. Lagu ini mengingatkan kita bahwa waktu adalah sesuatu yang tak pernah bisa dimiliki. Kita bisa menunda banyak hal, tapi tidak dengan kehilangan.
“Seize the Day” adalah pelukan bagi mereka yang pernah menyesal. Ia berkata, “Tidak apa-apa kalau dulu kamu tidak tahu, tapi sekarang kamu tahu, jadi jalani hari ini sepenuhnya.”
Lagu ini seperti surat untuk diri sendiri. Surat untuk tidak menunggu lagi. Untuk tidak menahan kata sayang, tidak menunda pelukan, tidak menyimpan marah terlalu lama. Karena kadang, kata "nanti" bisa berubah jadi "terlambat".
Hari ini adalah satu-satunya yang benar-benar kita punya. Esok bisa datang, bisa juga tidak. Dan jika hari ini adalah kesempatan terakhirmu, apa yang akan kamu lakukan? Siapa yang akan kamu peluk? Apa yang akan kamu katakan?
Seize the Day — bukan hanya sebagai lirik, tapi sebagai cara hidup. Peluk lebih erat, maafkan lebih cepat, dan hadir lebih penuh. Karena pada akhirnya, yang akan tinggal hanyalah kenangan. Dan semoga, kenangan itu tak lahir dari penyesalan.
Komentar
Posting Komentar